MELONTAR JAMRAH


Melontar jamrah adalah melontar batu kerikil ke arah jamrah Sughra, Wustha dan Kubra dengan niat mengenai objek jamrah (marma) dan kerikil masuk  ke dalam lubang marma. Melontar jamrah dilakukan pada hari nahar dan hari tasyrik.


Hukum Melontar

Hukum melontar jamrah adalah wajib, bila seseorang tidak melaksanakannya dikenakan dam/fidyah


Tata Cara Melontar

1. Kerikil mengenai marma dan masuk lubang;

2. Melontar dengan kerikil satu per satu. Melontar dengan tujuh kerikil sekaligus dihitung satu lontaran;

3. Melontar jamarat dengan urutan yang benar, mulai jamrah Sughra, Wustha dan Kubra.


Waktu Melontar

1. Melontar Jamrah Aqabah dilakukan pada 10 Dzulhijjah dimulai sejak lewat tengah malam dan lebih afdhol dilakukan setelah Matahari terbit. Namun, mengingat padatnya jemaah haji yang melontar pada waktu itu, dianjurkan melontar dilakukan mulai siang hari.

2. Waktu melontar pada hari Tasyriq  tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah menurut jumhur ulama dimulai setelah tergelincir Matahari. Namun, Imam Rafi’i dan Imam Isnawi dalam mazhab Syafi’i membolehkan melontar sebelum Matahari tergelincir (qabla zawāl), yang dimulai sejak terbit fajar. Pendapat tersebut dapat diamalkan meskipun sebagian ulama menilai d}a’īf/lemah (Keputusan Muktamar ke- 29 NU 4 Desember 1994).

3. Untuk keamanan, keselamatan, kenyamanan dan ketertiban dalam melontar jamrah, pemerintah Arab Saudi telah mengatur jadwal waktu melontar bagi jamaah haji setiap negara. Jemaah haji harus mengikuti ketentuan jadwal tersebut dan menghindari waktu-waktu larangan.

4. Jemaah haji yang mengalami udzur syar’i diperbolehkan mengakhirkan melontar jamrah dengan cara melontar Jamrah Sughra, Wustha dan Kubra secara sempurna sebagai qadha lontaran untuk hari pertama. Setelah itu jemaah berbalik lagi menuju posisi Jamrah Ula kemudian memulai lagi melontar tiga jamrah yang sama secara berturut-turut sebagai qadha hari kedua. Setelah itu, jemaah menuntaskan lontaran hari terakhir bagi nafar tsani.



Mewakilkan Melontar

Orang yang użur syar’i disebabkan sakit atau hal lain (Kategori udzur syar’i adalah jemaah haji usia lanjut yang mengalami kesulitan, jemaah sakit yang menyebabkan kesulitan dan keadaan lain yang menghalangi. Majlis Ulama Indonesia, Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia VI 2018, hal. 43), boleh mewakilkan kewajibannya melontar jamrah kepada orang lain dengan salah satu cara sebagai berikut:

1. Orang yang mewakilkan orang lain melontar jamrah terlebih dulu untuk dirinya sendiri sampai sempurna masing-masing tujuh kali  lontaran,  mulai  dari  Sughra,  Wustha, dan Kubra. Kemudian ia kembali melontar untuk yang  diwakilinya  mulai  dari  Sughra,  Wustha, dan Kubra.

2. Orang yang mewakilkan orang lain melontar Jamrah Ula terlebih dulu untuk dirinya sendiri sampai sempurna masing-masing tujuh kali lontaran, kemudian dia melontar lagi tujuh kali lontaran untuk yang diwakili tanpa harus terlebih dulu menyelesaikan jamrah Wustha dan Kubra. Demikian seterusnya  tindakan yang sama ia lakukan di Jamrah Wustha dan Jamrah Kubra.

0 komentar:

Posting Komentar